sastra

Bagaimana Cara Menumbuhkan Semangat Menulis Buku

image

Kabar buruk bagi hampir semua penulis adalah: penerbit tidak mengetuk pintu rumahmu dan meminta naskahmu utuk diterbitkan. Bahkan mereka yang telah melahirkan beberapa buku masih harus bersusah payah menawarkan naskahnya pada penerbit agar bisa diterbitkan. Bagaimana dengan penulis pemula? Astaga, mengapa masih ditanyakan? Yang benar saja!

Namun sebelum itu, sebenarnya masalah utama para penulis (khususnya para pemula) bukan bagaimana cara mendapatkan penerbit, tapi bagaimana cara menyelesaikan naskahmu. Itulah tantangan yang paling mendasar. Apa gunanya punya koneksi dengan puluhan penerbit jika belum ada satupun naskahmu yang rampung? Memangnya apa yang mau diterbitkan? Selain itu, dengan bantuan internet sekarang tidak lah susah menemukan penerbit dengan search di Google.

Oleh karena itu, bereskan terlebih dahulu masalah pertama. Rampungkan dulu naskahmu, barulah kemudian pontang panting mencari penerbit yang kau inginkan untuk naskahmu. Oh ya, lantas apa sih masalahnya dengan menyelesaikan sebuah naskah? Kok terdengar sangat gawat sekali. Well, aku yakin hanya orang-orang yang belum pernah menuilis novel yang akan mengajukan pertanyaan seperti tadi.

Pasti ada orang yang mengira menulis novel itu pekerjaan mudah, tinggal duduk, mengkhayal dan mengetik. Apakah itu cukup? Secara teori itu memang cukup, tapi ternyata itu tidak pernah cukup. Kendala utama dalam merampungkan sebuah naskah—di samping banyak kendala teknis lainnya—adalah menjaga semangat menulis tetap menyala. Itu sangat penting. Banyak orang yang memilik naskah mangkrak di komputernya tanpa tahu kapan akan diselesaikan. Nah, apa yang bisa kita lakukan untuk mengatasi masalah kekurangan motivasi tersebut? Berikut ini ada beberapa tips yang bisa membantumu tetap menjaga semangat kepenulisan yang kau miliki:

1. Terbitkan tulisanmu di blog pribadi. Kau boleh pakai wordpress, blogspot, mywapblog, atau apa saja, ada sangat banyak pilihan. Asal kau tahu saja, di Indonesia ada banyak penulis yang mana bukunya diambil dari kumpulan tulisannya di blog. Berawal dari tulisannya yang banyak dibaca orang, pihak penerbitan mengetahui tulisan tersebut, tertarik, dan membuat kontrak penerbitan.

2. Buatlah pdf dari beberapa cerita terbaikmu. Atau dari beberapa bab novelmu. Lalau sebarkan pada sebanyak mungkin yang bisa kau jangkau tanpa perlu memaksa. Jika orang-orang itu tertarik, bisa saja itu menjadi menjadi langkah bagus untuk mendekati penerbit. Di Amerika ada banyak orang yang memulai dengan membuat ebook sebelum kemudian naskahnya dicetak menjadi buku kertas.

3. Ada juga penulis yang menerbitkan cerita bersambungnya di blog. Pilih hari tertentu dan konsistenlah untuk menampilkan ceritamu pada hari tersebu. Misal kau memilih malam Selasa, maka kau harus sudah menyiapkan lanjutan ceritamu untuk tampil malam selasa. Dengan komitmen, kamu pada akhirnya bisa merampungkan seluruh naskah. Banyak penulis melakukan hal seperti ini, yang berujung pada penerbit menawarkan kontrak penerbitan. Ngomong-ngomonga, buku keduaku terbit dengan cara seperti ini, lho. Hebat, bukan?

4. Tunjukkan bahwa kau adalah penulis bermutu di akun media sosialmu, bukannya seseorang yang galau, bingung dan suka mengeluh. Tulislah hal-hal yang baik, tunjukkan passion dan kekuatan penamu. Memang kita semua bukanlah manusia sempurna, kita tak jarang melakukan kesalahan, tapi siapakah di dunia ini yang mau mengkonsumsi cerita keburukan kita? Haha, jangan buang kotoran di media sosial. Mengapa? Karena ada kemungkinan sangat besar seseorang dari daftar temanmu akan menjadi pintu keberuntuganmu. Aku kenal seseorang yang menebitkan bukunya yang semuanya diambil dari tulisan-tulisannya di Twitter. Bayangkan seandainya dia hanya menulis keluhan dan sampah, siapa penerbit yang mau menerbitkan tulisan sampah? Jika kau memang punya dorongan menggalau tanpa batas, buatlah akun baru untuk menampung sampahmu itu (dan tetap saja kau harus menyadari bahwa menjadi sampah di media sosial sama sekali bukan hal terpuji).

5. Sebagai awalan dari menulis buku sungguhan, tulislah sesuatu yang dekat denganmu. Sesuatu yang kau kenal baik dan bisa kau ceritakan dengan baik pula. Bisa jadi kisah keluargamu, pengalaman masa kecilmu, atau cerita nenekmu. Atau jika kau punya sebuah hobi, kau bisa juga menulis segala sesuatu tentang hobimu itu. Apalagi jika kebetulan hobimu adalah dari jenis yang menjual—seperti hobi travelling, masak, wisata kuliner, dll—maka kau sama saja dengan sedang menyiapkan karya pertama untuk diterbitkan penerbit sungguhan. Ingat, berusahalah untuk tidak langsung menggarap naskah berat dan rumit, kesulitan yang kau hadapi bisa jadi akan mematahkan semangatmu dalam menulis.

6. Buatlah buku kumpulan cerpen, atau puisi, atau catatan harian, atau opini. Jenis-jenis tulisan tersebut adalah tulisan-tulisan ringkas yang bisa kau kerjakan dengan waktu yang jauh lebih singkat daripada menyusun buku atau novel. Menyelesaikan sebuah kumpulan cerpen akan memberikan sensasi keberhasilan dan kau tahu jika hatimu meyakinkanmu bahwa kau bisa melakukan yang lebih menantang.

7. Kumpulan tulisanmu itu bisa kau terbitkan dalam format ebook (pdf, epub, mobi, dll) atau bisa juga kau terbitkan secara indie. Penerbitan indie adalah kau mencetak dan menerbitkan karya dengan seluruh biaya kau tanggung sendiri. Ada beberapa penerbit indie di Indonesia yang bisa kau sewa jasa mereka. Sejauh yang aku tahu, biaya paling murah untuk penerbitan indie sebesar dua juta rupiah. Beberapa orang ada yang mengawali karirnya sebagai penulis professional melalui jalur indie. Dia membiayai sendiri penerbitan bukunya, menjual pada rekan-rekannya, menawarkan di forum jual beli atau pecinta buku, dan mendapatkan pengakuan melalui jalan tersebut. Dulu sewaktu kuliah aku ngeprint cerpenku yang menurutku terbaik, mengkopinya menjadi dua puluhan eksemplar, kemudian membagikan pada teman-teman dan orang yang kukenal. Respons positif dari mereka membuatku berani untuk mengkopi beberapa puluh lagi. Tentu saja semua orang suka cerpen yang bagus dan gratis.

8. Atau, seperti halnya banyak penulis dunia lainnya, kau bisa mengasah kemampuan menulismu dengan menyusun diari. Yup, benar. Bahkan beberapa diari telah menjadi karya fenomenal dunia karena kekuatan sang penulis dalam menyampaikan pesan dan kisah yang ia alami dalam hidupnya. Jika kau memang menulis diari, kelak kau bisa menulis ulang diari tersbeut dengan menyertakan foto halaman-halaman tertentu dalam naskahmu untuk menguatkan nilai sejarah buku tersebut. Kau tak perlu khawatir apakah orang akan menyukainya atau tidak. Tujuan utamanya adalah untuk membiasakan dirimu dengan kegitan tulis menulis. Sedangkan urusan apakah orang lain akan tertarik atau tidak, itu tergantung pada seberapa menarik pengalaman yang kau alami serta seberapa keahlianmu dalam menuangkan pengalaman tersebut dalam kata-kata. Dengan diari, kau telah memulai untuk menjadi keren tanpa kau sadari.

9. Gali idemu dengan menjadi dua pribadi yang sedang saling berbicara melintasi ruang dan waktu. Ini permainan yang lumayan seru. Kau bahkan akan merasakan sedikit nuansa science fiction dalam kegiatan ini. Jadi, cobalah kau mengubah dirimu menjadi dirimu sepuluh tahun yang lalu, lalu tulislah sebuah surat untuk dirimu saat ini. Ingat, kau menuls surat tersebut dengan kesadaran total bahwa kau adalah dirimu sepuluh tahun yang lalu, jadi jangan gunakan semua pengetahuan yang kau miliki saat ini. Ingat, gunakan hanya pengetahuanmu saat sepuluh tahun yang lalu. Surat itu bisa saja berupa harapanmu, nasihatmu untuk dirimu di masa depan, atau ramalanmu. Kemudian, kau boleh memposting surat itu di blog atau di mana saja yang kau suka. Beberapa saat kemudian, baca lagi surat tersebut sebagai dirimu saat ini dan mulailah menulis jawabannya untuk dirimu di masa lalu. Dalam prosesnya kau akan menemukan beberapa hal menakjubkan yang tidak kau sadari sebelumnya. Dan puncak dari kegiatan ini adalah ketika kau sudah saling bersurat sebanyak sepuluh kali pengiriman surat dengan dirimu sendiri di masa lalu, well, tanpa sadar kau sudah punya sebuah naskah mentah untuk sebiah buku yang menakjubkan: tentang kisah seseorang dalam rentang hidupnya selama sepuluh tahun. Kau bisa menambahkan bumbu yang pas untuk membuatnya lebih menarik.

10. Terakhir, jika kau berdiri dengan tekad cukup kuat di dada, bertekadlah dan berjuanglah untuk menjadi penulis yang berbeda dan lebih baik dari penulis sebelum dirimu. Kau tidak bisa menjadi Pramudya yang kedua, atau Andrea Hirata berikutnya, atau Chairil Anwar era millennium. Kalau kau memaksakan diri, kau hanya akan menjadi pengekor dan mungkin saja ditertawakan banyak orang. Yang bisa kau lakukan adalah berusaha untuk menjadi dirimu sendiri yang pertama dan satu-satunya di belantara tulis menulis dunia. Kau akan menjadi sosok baru dan kau akan berusaha keras agar orang tahu bahwa kau memang sosok yang berbeda. Hal ini akan sangat menuntut kerja keras darimu, tapi jangan heran, bahkan Soichiro Honda pun harus bekerja sangat amat keras untuk mendirikan pabrik motornya, Honda. Maka jadilah penulis yang berusah keras, bukan yang meratap keras, dan kemudian kau pun menjadi orang hebat berikutnya, insya Allah.

Sebagai penutup, aku ingin mengajukan sebuah pertanyaan penting padamu: sudahkah kau dengar nasihat terbaik untuk penulis yang setelah dipraktekkan ternyata berhasil menjadikan penulis itu best seller internasonal? Kutuliskan buatmu nasihat tersebut: menulislah, menulislah, bukan sekedar terus-terusan mengkhayal bisa menulis. Nah, tak peduli seberapa banyak kau baca tips menulis, jika kau tidak mulai menulis maka semua itu sia-sia belaka. []

Follow saya di twitter @arulight

9 thoughts on “Bagaimana Cara Menumbuhkan Semangat Menulis Buku

  1. Subhanallah,.. setuju sekali Mr. Light. saya pun mengalami hal yang sma. ada beberapa judul novel (dg berbagai macam hayalan saya) yang mangkrak setelah ampir finishing. kadang kala saya bingung harus bagaimna akhirnya. menurut Mr, bgaimna solusinya?
    Syukron.

    • Solusinya sederhana, tapi praktiknya sulit minta ampun. Saya hanya berhasil sekali menerapkan solusi tersebut untuk sebuah naskah yang mangkrak sejak jaman kuliah. Mau tahu? Solusinya adalah: GASAK SAJA.

      Sekarang naskah tersebut sedang antri di Republika, semoga editor tertarik dan menerbitkan. Aamiin

      Oh ya, mengapa tidak berhasil untuk yang naskah yang lain? Karena belum pengen melanjutkan. Hehehe

      • Kadang kala,.. mungkin karena pikiran bercabang-cabang ya, banyak tugas-tugas lain, yang menuntut harus selesai lebih cepat, apalagi masih kuliah,.. haduhhh,..

        Oh iya, menurut Mr. Light, kapan waktu semangat dan berkah untuk menulis??
        bagi tips manajemen waktunya iya,..
        Syukron,

      • Waktu semangat dan berkah? Hmm, yang berkah ini susah. Hehehe

        Saya pikir, setiap orang memiliki waktu terbaik yang berbeda-beda, walaupun kebanyakan penulis menggunakan pukul 3 pagi sampai pukul 5 sebagai waktu terbaik (termasuk penulis Dan Brown), ada juga yang menggunakan pukul 8 sampai 10 pagi (ini Stephen King), sahabat saya, Ustadz Husnaini nulisnya mulai habis isya sampai pukul 11an. Semua tergantung pribadi si penulis. Kalau saya usulkan satu waktu ternyata tidak pas dengan jadwal sampean, bisa runyam kewajiban yang lain.

        Jadi, pilih waktu yang mana tubuhmu segar, pikiran tenang, dan kewajiban hari itu sudah rampung. Serta jangan lupa basmalah agar waktu apapun bisa menjadi berkah

    • Mau sedikit saran, mbak? Begini, kumpulkan semua tulisan di blog, kelompokkan dalam beberapa kategori, lalu susun dalam bentuk buku. Pasti ada kan beberapa kategori yang bisa dikumpulkan dalam satu buku.

      Setelah itu, ini yang terpenting, nekad saja kirim ke penerbit. Semoga bermanfaat 😀

Leave a comment