baweanologi / nebula / think

SIROJUL BAROYAH, pondok salaf di tepi laut, di kaki gunung.

Mudikku ke Bawean kali ini kusempatkan untuk mampir ke salah satu pondok pesantren yang ada di sana, tepatnya di desa Somor-Somor, Kumalasa. Dan itu bukan pondok pesantren biasa, karena pondok itu memiliki beberapa keunikan yang menarik. Apa yang paling menarik dari pondok tersebut? Dia berada jauh dari kampong, berada tepat di kaki gunung sekaligus teapat di pinggir pantai. Ya, pondok itu diapit gunung di sebelah utara dan lautan luas di sebelah selatan.

Pondok tersebut bernama Sirojul Baroyah, berdiri pada 18 juli 1992 di bawah asuhan Kyai Fachrun Musyaddad. Suasana pondok sangat asri dan sejuk. Tentu saja, karena dia berada tepat di tengah-tengah dua pemandangan alam yang hebat dan menakjubkan.

santri pondok sirojul baroyuah

Santri pondok Sirojul Baroyah datang baik dari desa sekitar maupun desa-desa jauh lainnya di pulau Bawean. Melihat para santri yang berjalan kaki melintasi jalan setapak menuju pondok, aku merasa terlempar kembali ke masa-masa para Walisongo dahulu. Seakan para santri itu adalah orang-orang desa yang bergerumbul mendatangi sang wali hendak mengaji. Sangat luar biasa.

Di pondok Sirojul Baroyah selain mengaji Al-Qur’an dengan metode Qiro’aty, disana juga diadakan kegiatan keislaman lainnya. Seperti istighotsah tiap tanggal 17 selepas maghrib, musyawaroh setiap malam selepas isya, tadarus Al-Qur’an bersama setiap pagi dan sore pada tanggal 16 dan diniah setiap ba’da asar. Aku penasaran dengan alasan penetapan tanggal untuk masing-masing kegiatan, tapi sayangnya tidak ada cukup waktu untuk menanyakannya.

lokasi sawah tadah hujan milik pondok

Di sekitar pondok, membentang sawah yang ditanami padi sepanjang ratusan meter dan lebar puluhan meter. Aku terkagum-kagum melihatnya. Rupanya, selain mengaji para santri juga dilatih untuk bercocok tanam sebagai bekal kehidupan kelak setelah lulus. Selain sawah, juga ada kebun-kebun kecil berisi tanaman kebutuhan sehari-hari seperti sayur mayur dan cabe.

Memikirkan itu, aku yakin para santri juga mahir melaut—jarak pondok dengan laut hanya tiga puluh meteran! Pasti mereka semua sangat menikmati masa-masa belajarnya di pondok Sirojul Baroyah. Setelah lelah mengaji ilmu Islam, mereka pun tinggal melangkah ke selatan untuk menikmati indahnya lautan luas, atau tinggal berjalan ke utara untuk menikmati asrinya hutan perawan bawean. Jika sudah memiliki semua itu, apa lagi yang kita butuhkan?

Di sebelah utara aula kudapati bangunan mirip sekolah yang belum rampung. Sebagai pimpinan pondok salaf yang terus berkembang, Kyai Musyaddad pun menggalakkan pembangunan fisik pondok demi memfasilitasi belajar para santri. Ya, memang belajar bukan sekedar tentang buku dan pena, dia juga tentang bangunan dan financial. Melihat bangunan yang belum rampung tersebut, aku bergumam pada diriku sendiri: coba aku satu juta kali lebih kaya dari pada diriku saat ini, aku pasti akan menyumbang pembangunan ini. Hff, tentu saja aku memakai kata satu juta kali karena saat ini, hay hay hay, aku benar-benar kere. Hahahaha.

pantai somor-somor

Menjelang sore, aku yang ditemani sahabat baikku Mahrus, beranjak pulang. Di barat, matahari sudah pun mulai meredup. Dan, di belakang, suara para santri mengaji mengantar kepergian kami. Aku seperti tidak berada di tempatku. Seperti berada pada waktu dan tempat ratusan tahun yang lalu. Pohon-pohonan yang berkejaran di kiri kanan kami seakan turut mengucapkan selamat tinggal. Dan perlahan ombak pun larut dalam kesepian. Hilang.

Ditulis untuk mengenang kunjungan singkatku ke pondok pesantren sirojul baroyah. Terimakasih buat Mahrus yang telah dengan senang hati menemaniku. Thanks chap.
Penghujung Oktober 2010.

kontemplasi

download gratis novel Arul Chandrana pelangi dan rembulan

2 thoughts on “SIROJUL BAROYAH, pondok salaf di tepi laut, di kaki gunung.

Leave a comment